SMA NEGERI 2 NGABANG
Kelompok : 5
Judul Makalah : Tanah
Longsor
Anggota : 1. ARDINA
PARO
2. GREGORIUS REGO
3.
PRANSISKA SISKA
4.
PANSIGAR
5.
SURYA PRAYOGA
KELAS : X3
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan limpahan rahmat serta
karunianya sehingga Tugas makalah Pendidikan Lingkungan Hidup ini dapat terselesaikan.
Makalah ini di susun
berdasarkan tugas yang di berikan kepada kelompok kami,yaitu tentang bencana
tanah longsor,makalah ini berisikan tentang definisi tanah longsor ,proses
terjadinya tanah longsor,penyebab terjadinya tanah longsor dan cara mengatasi /
penanggulangan tanah longsor
Makalh ini di susun
dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang kelompok kami terima,maka untuk
menyelesaikan tugas ini,kelompok kami harus benar-benar dalam mengerjakan nya.
Penyusun sadar bahwa
makalah ini masih belum sempurna.oleh karena itu kritik dan saran yang
konstruktif sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini,
untuk itu secara khusus kami selaku tim penyusun menyampaikan terima
kasih,semoga makalah ini bermanfaat bagi kitta semua.amin.
Daftar Isi
Kata Pengantar : 1
Daftar Isi ; 2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang : 3
2.
Rumusan Masalah : 3
3.
Tujuan
Penelitian : 3
4. Metode Penelitian : 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Tanah Longsor : 5
B. Jenis-Jenis Tanah Longsor :6
C. Proses Terjadinya Tanah Longsor : 7
D. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor :7
E. Gejala Umum Terjadinya Tanah Longsor
: 8
F.
Pencegahan
Terjadinya Tanah Longsor : 8
G. Hal-Hal Yang Dilakukan Selama Dan
Sesudah Terjadinya Bencana : 9
BAB III METODOLOGI
A. Sebeluum Bencana Alam Tanah Longsr Terjadi
: 10
B. Ketika Bencana Alam Tanah Longsor
Terjadi : 10
C. Setelah Bencana Alam Tanah Longsoe
Terjadi : 11
D. Metode Mapping Analisis : 11
BAB IV
Tipe/Jenis
Tanah Longsor (Varnes,
1978) : 14
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan : 18
B. Saran : 18
DAFTAR PUSTAKA : 20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.. Latar Belakang
Bencana tanah longsor kerap terjadi di negeri ini,
akhir-akhir ini banyak media melaporkan tentang kejadian tanah longsor yang
bukan hanya merusak fisik dan bangunan, namun sampai merengutnya masyarakat.
Kenapa hal itu bisa terjadi berulang-ulang, yah bukan saja merupakan sebuah
musibah namun tak kurang warga yang bermukim di tempat-tempat rawan longsor.
Pemerintah selalu menghimbau kepada masyarakat untuk
selalu waspada akan terjadinya bencana
alam, baik itu longsor, banjir, gunung meletus, dan gempa bumi bahkan
pemerintah pun mengintruksikan kepada pihak – pihak yang terkait seperti Satuan
Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) agar lebih
meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi terhadap
bencana tanah longsor, serta peran penting masyarakat yang
tanggap dengan bencana longsor pada titik-titik rawa longsor.
2. Rumusan Masalah
Dilihat dari
materi diatas maka makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang
dimaksud dengan Longsor?
2. Apa
Penyebab terjadinya Longsor?
3. Bagai
Mana Tanda-tanda akan terjadinya Longsor?
4. Bagaimana
Akibat dari bencana longsor?
5. Bagaimana
cara menaggulangi bencana Longsor?
6. Bagaimana
Cara untuk mencegah terjadinya korban longsor?
3. Tujuan
Penelitian
1. untuk
mengetahui pengertian dari longsor
2. untuk
mengetahui apa penyebab terjadinya longsor
3. untuk
mengetahui bagaimana tanda-tanda akan terjadinya longsor
4. untuk
mengetahui cara menanggulangi dann mencegah longsor
5. untuk sekedar
berbagi pengetahuan tentang bencana longsor
4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan ini di harapkan :
1. Masyarakat
lebih memahami dan mengerti akan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan
hidup .
2. Masyarakat
akan mengetahui tentang dampak/aibat yang di timbulkan apabila tidak menjag
lingkungan hidup dengan baik .
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Definisi Tanah Longsor
Tanah
longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng atau sering disebut
gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa
batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian
longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu.
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material
sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya
material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang
curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
- Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
- Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
- Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut
- Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
- Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
- Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
B.
Jenis-jenis tanah longsor
Ada enam jenis
tanah longsor, yaitu longsor translasi, longsor rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di indonesia jenis
longsor yang paling sering terjadi adalah longsor translasi dan longsor rotasi.
Sementara itu, jenis tanah longsor yang paling banyak memakan korban jiwa
adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsor
Translasi
Longsor ini
terjadi karena bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsor Rotasi
Longsoran ini
muncul akibat bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk
cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok
terjadi karena perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk
rata. Longsor jenis ini disebut juga longsor translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu
terjadi saat sejumlah besar batuan atau material lain bergerak kebawah dengan
cara jatuh bebas. Biasanya, longsor ini terjadi pada lereng yang terjal sampai
menggantung, terutama di daerah pantai.
5. Rayapan Tanah
Longsor ini
bergerak lambat serta serta jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus.
Longsor ini hampir tidak dapat dikenal. Setelah beberapa lama terjadi longsor
jenis rayapan, posisi tiang-tiang telepon, pohon-pohon, dan rumah akan miring
kebawah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Longsor ini
terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air dan terjadi di sepanjang
lembah yang mencapai ratusan meter jauhnya. Kecepatan bergantung pada
kemiringan lereng, volume air, tekanan air dan jenis materialnya.
C.
Proses Terjadinya Tanah Longsor
Air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluarlereng.
D.
Penyebab Terjadinya Tanah Longsor
Pada
prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan
kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut
kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai factor alami dan manusia:
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai factor alami dan manusia:
1.
Faktor alam
Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
a. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan
batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan
gunung_api.
b. Iklim: curah hujan yang tinggi.
c. Keadaan topografi: lereng yang curam.
d. Keadaan tata air: kondisi
drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan
tekanan hidrostatika.
e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.
e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.
2.Faktor manusia
Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d. Penggundulan hutan.
e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan
sendiri.
h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d. Penggundulan hutan.
e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan
sendiri.
h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
E. Gejala Umum Terjadinya Tanah Longsor
• Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
• Biasanya terjadi setelah hujan.
• Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
• Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
F.
Pencegahan Terjadinya Bencana Alam
Tanah Longsor
Ø Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng
bagian atas di
dekat pemukiman
dekat pemukiman
Ø Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal
bila membangun
permukiman
permukiman
Ø Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air
tidak masuk ke
dalam tanah melalui retakan
dalam tanah melalui retakan
Ø Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak
Ø Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan
erosi
Ø Jangan menebang pohon di lereng (gb. kiri)
Ø Jangan membangun rumah di bawah tebing
G. Hal – Hal Yang di Lakukan Selama dan sesudah Terjadi Bencana
1. Tanggap Darurat
Yang harus
dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan
korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan,
2.
Rehabilitasi
Upaya
pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi
korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3.
Rekonstruksi
Penguatan
bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor,
karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah
longsor hampir 100%.
BAB III
METODOLOGI
Bencana alam tanah longsor biasanya terjadi ketika
musim penghujan. Kapan terjadinya bencana alam tanah longsor ini hampir bisa
dipastikan kapan dan tempatnya di kawasan perbukitan terjal dengan ketebalan
lapisan tanah yang tebal. Kawasan-kawasan perbukitan terjal yang sudah gundul
karena penebangan pohon merupakan salah indikasi kawasan yang rawan bencana
alam tanah longsor. Dalam upaya pengurangan resiko bencana alam tanah longsor,
berikut ini ada beberapa metode dan hal yang harus dilakukan sebelum, ketika,
dan sesudah bencana alam tanah longsor terjadi.
A. Sebelum Bencana Alam Tanah Longsor
Terjadi
Sebelum bencana alam tanah longsor terjadi, lakukanlah
hal-hal berikut ini:
1. Hindari membangun rumah, perkantoran,
pabrik, dll di kawasan yang memiliki kemiringan lereng terjal.
2. Rencanakan sarana komunikasi dengan
sesama anggota keluarga baik itu menyedian HP, WT, HT dan saranan komunikasi
lainnya.
3. Tentukan tempat yang aman untuk
berkumpul apabila bencana alam tanah longsor terjadi.
5. Melakukan Town Watching atau berkeliling tempat anda
tinggal dan mengamati kawasan-kawasan yang berbahaya dan kawasan-kawasan yang
aman apabilan bencana alam tanah longsor terjadi.
6. Perkuat tebing di kawasan anda
tinggal dengan retaining wall atau metode penguatan tebing lainnya.
B. Ketika Bencana Alam Tanah Longsor
Terjadi
Apabila anda sudah melakukan beberapa tips di atas dan
bencana alam tanah longsor tidak dapat dihindari, maka ketika terjadi bencana
alam tanah longsor, lakukan hal-hal berikut ini:
1. Ketika musim penghujan tiba,
tetaplah terjaga karena banyak korban tanah longsor yang terjadi pada malam
hari karena mereka tertidur. Usahakan membuat jadwal piket selama musim
penghujan.
2. Dengarkan informasi terkini dari
radio, jadi bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan longsor harus
memiliki radio baterai.
3. Segera menuju ke tempat evakuasi
yang telah anda rencanakan sebelumnya
C. Setelah Bencana Alam Tanah Longsor
Terjadi
Berikut ini hal-hal yang harus anda
lakukan:
1. Tetap menjauh dari kawasan bekas
tanah longsor.
2. Mendengarkan informasi melalui radio
untuk mendapat kondisi terkini tentang kejadian bencana alam tanah longsor yang
melanda kawasan anda.
3. Lakukan pertolongan kepada orang
lain yang menjadi korban bencana alam tanah longsor.
4. Apabila anda melihat kawasan-kawasan
yang rusak parah seperti jalan dan jembatan yang putus, segera laporkan kepada
pihak yang berwenang. Informasi anda sangat bermanfaat dalam tindakan
penyaluran bantuan dan pihak terkait bisa memikirkan jalur alternatif.
E.
Metode Mapping Analisis
Kita bisa menggunakan
Ilmu mapping untuk mengatasi masalah ini, kita akan menggunakan bantuan citra
satelit untuk melakukan proses evakuasi. Tahapanya dijelaskan sebagai berikut :
1. Dapatkan infromasi tentang jam bencana tanah longsor ini
terjadi. Jika terjadinya pada waktu malam hari maka metode ini akan sangat
membantu. Jika terjadi bencana pada waktu malam hari kemungkinan besar semua
penduduk sedang berada di dalam rumah sehingga akan lebih mudah diprediksi
2. Melakukan survey
cepat dengan datang ke lokasi bencana dengan membawa GPS. Ambil koordinat titik
titik tertentu sebagai bahan analisis, misalnya titik bagian pinggir pinggir
lokasi dan titik tengah lokasi jika memungkinkan.
3. Kemudian kita input
koordinat yang telah diambil dan kita lakukan analisis dengan menggunakan citra
satelit. Perhatikan gambar berikut !
Titik bulat berwarna
kuning adalah koordinat yang kita dapatkan di lapangan, hanya berfungsi untuk
mencari tahu lokasi bencana di citra satelit. Kemudian mulai dilakukan analisis
singkat persebaran korban. Kita tidak akan mencari korban di titik A dan titik
B karena lokasi tersebut adalah tanah kosong. Kita akan mencari korban di
sekitar titik D, titik C dan titik E karena lokasi tersebut adalah perumahan
padat yang memungkinkan terdapat banyak orang disana. Dengan pergerakan
longsoran tanah yang sangat cepat kemungkinan besar korban tidak bergerak dari
rumah terlalu jauh.
4. Kita lacak
koordinat titik lokasi yang akan kita gali menggunakan software, kemudian kita
input ke dalam GPS. Tidak lupa kita cetak citra satelit tersebut untuk
mempermudah pencarian. Selanjutnya adalah melakukan pencarian menggunakan GPS
dan peta Citra tersebut. Dengan ketelitian GPS navigasi yang mencapai 5-10
meter saya rasa sudah cukup untuk digunakan dalam situasi mendesak seperti ini.
Asalkan ada sebuah
laptop dengan sambungan internet yang bagus. Analisis ini bisa diselesaikan
tidak lebih dari 1 jam, sudah termasuk input data GPS, menentukan lokasi
pencarian hingga input data koordinat pada GPS. Kita bisa memanfaatkan Citra
satelit yang disediakan di secara gratis di Internet. Dengan cara seperti ini
kita bisa mencari korban dengan lebih efisien. Jika pada lokasi yang kita
perkirakan korban tidak ditemukan baru dilakukan pencarian di lokasi yang lain.
Pengembangan :
Bisa juga kita lakukan metode pelacakan "per rumah". Kita cari satu persatu Koordinat rumahnya kemudian kita gali lokasi perkiraan tersebut. Hal ini dilakukan jika bencana terjadi di pemukiman jarang penduduk yang mungkin jarak antar satu rumah dengan rumah lain berjauhan
Catatan : Metode ini hanya berlaku jika lokasi tersebut tertimbun oleh tanah yang longsor dari tempat lain, seperti bukit, gunung dan tebing di sekitarnya dan tidak berlaku jika lokasi tersebut menjadi objek longsoran sehingga lokasi tersebut hanyut dan berpindah menuju tempat lain.
BAB IV
Istilah
"Tanah Longsor" atau "Landslide", seperti
yang didefinisikan oleh Cruden (1991) adalah gerakan massa batuan, puing-puing
atau tanah yang menuruni sebuah lereng. Varnes (1978) mendefinisikan tanah
longsor sebagai gerakan material ke bawah dan ke luar dari sebuah lereng di
bawah pengaruh gravitasi. Brunsden (1984) lebih memilih istilah gerakan massa
dan Dikau dkk (1996) mendefinisikan sebagai perpindahan massa pada suatu proses
yang tidak memerlukan media transportasi seperti air, udara atau es. Fenomena
tanah longsor tidak hanya sebatas "tanah" dan "longsor".
Penggunaan kata "tanah longsor" memiliki makna yang jauh lebih luas.
A. Tipe / Jenis Tanah Longsor (Varnes,
1978)
Berbagai
jenis tanah longsor dapat dibedakan dari jenis material longsoran. Sistem
klasifikasi lainnya menggabungkan variabel tambahan, seperti tingkat gerakan
dan air, udara, atau konten es.
Meskipun
longsor pada umumnya terjadi di daerah pegunungan, longsor dapat juga terjadi
di daerah-daerah berelief rendah. Di daerah ini, longsor terjadi karena faktor
cut and fill, sebagai contoh; penggalian jalan dan bangunan, tebing sungai,
runtuhnya tumpukan galian tambang (terutama tambang batubara), dan berbagai
kegagalan lereng lainnya terkait dengan pertambangan khususnya tambang terbuka.
1. SLIDE:
terdiri dari Rotational Slide, Translational Slide dan Block
Slide.
- Rotational Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung ke atas, dan pergerakan longsornya secara umum berputar pada satu sumbu yang sejajar dengan permukaan tanah.
- Translational Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata dengan sedikit rotasi atau miring ke belakang.
- Block Slide adalah pergerakan batuan yang hampir sama dengan Translational Slide, tetapi massa yang bergerak terdiri dari blok-blok yang koheren.
2. FALL:
adalah gerakan secara tiba-tiba dari bongkahan batu yang jatuh dari lereng yang
curam atau tebing. Pemisahan terjadi di sepanjang kekar dan perlapisan batuan.
Gerakan ini dicirikan dengan terjun bebas, mental dan menggelinding. Sangat
dipengaruhi oleh gravitasi, pelapukan mekanik, dan keberadaan air pada batuan.
3. TOPPLES:
gerakan ini dicirikan dengan robohnya unit batuan dengan cara berputar kedepan
pada satu titik sumbu (bagian dari unit batuan yang lebih rendah) yang
disebabkan oleh gravitasi dan kandungan air pada rekahan batuan.
4. FLOWS:
gerakan ini terdiri dari 5 ketegori yang mendasar.
- Debris Flow adalah bentuk gerakan massa yang cepat di mana campuran tanah yang gembur, batu, bahan organik, udara, dan air bergerak seperti bubur yang mengalir pada suatu lereng. Debris flow biasanya disebabkan oleh aliran permukaan air yang intens, karena hujan lebat atau pencairan salju yang cepat, yang mengikis dan memobilisasi tanah gembur atau batuan pada lereng yang curam.
- Debris Avalance adalah longsoran es pada lereng yang terjal. Jenis ini adalah merupakan jenis aliran debris yang pergerakannya terjadi sangat cepat.
- Earthflow berbentuk seperti "jam pasir". Pergerakan memanjang dari material halus atau batuan yang mengandung mineral lempung di lereng moderat dan dalam kondisi jenuh air, membentuk mangkuk atau suatu depresi di bagian atasnya.
- Mudflow adalah sebuah luapan lumpur (hampir sama seperti Earthflow) terdiri dari bahan yang cukup basah, mengalir cepat dan terdiri dari setidaknya 50% pasir, lanau, dan partikel berukuran tanah liat.
- Creep adalah perpindahn tanah atau batuan pada suatu lereng secara lambat dan stabil. Gerakan ini disebabkan oleh shear stress, pada umumnya terdiri dari 3 jenis:
- Seasonal, di mana gerakan berada dalam kedalaman tanah, dipengaruhi oleh perubahan kelembaban dan suhu tanah yang terjadi secara musiman.
- Continuous, di mana shear stress terjadi secara terus menerus melebihi ketahanan material longsoran.
- Progressive, di mana lereng mencapai titik failur untuk menghasilkan suatu gerakan massa. Creep ditandai dengan adanya batang pohon yang melengkung, pagar atau dinding penahan yang bengkok, dan adanya riak tanah kecil atau pegunungan.
5. LATERAL
SPREADS: umumnya terjadi pada lereng yang landai atau medan datar. Gerakan
utamanya adalah ekstensi lateral yang disertai dengan kekar geser atau kekar
tarik. Ini disebabkan oleh likuifaksi, suatu proses dimana tanah menjadi jenuh
terhadap air, loose, kohesi sedimen (biasanya pasir dan lanau) perubahan dari
padat ke keadaan cair.
BAB
V
PENUTUP
KESIMPULAN
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut,
bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah
air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka
tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti
lereng dan keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi.
Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang
bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain :
Ø
Perbaikan
drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
Ø
Modifikasi
lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan)
Ø
Vegetasi
kembali lereng-lereng.
Ø
Beton-beton
yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk
menghindari bencana tanah longsor adalah :
Ø
Jangan
mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman
Ø
Buatlah
terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila membangun permukiman
Ø
Segera
menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melalui retakan.
Ø
Jangan
melakukan penggalian di bawah lereng terjal
Ø
Dan
sebagainya
Daftar
Pustaka